MAKALAH LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

 

     MAKALAH

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah kelompok ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosiologi pendidikan, yang berjudul “LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN”         

Untuk menyelesaikan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi membangun perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepannyaakan kami terima dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang................................................................................. 1

B.       Rumusan Masalah............................................................................ 1

C.      Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN             

A.    Pengertian Lembaga Pendidikan...................................................... 3

B.     Macam-macam lembaga pendidikan................................................. 5

C.     Peranan lembaga pendidikan pada pembentukan kepribadian......... 9

D.    Pendidikan Karakter......................................................................... 10

E.     Peranan lembaga pendidikan dalam mencetak insan yang berkarakter dan berkepribadian unggul           19

 

BAB III PENUTUP

A.      KESIMPULAN............................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 26

 

 

 

 

 

 

 

 


     BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu yang penting, dimana pembentukan kepribadian anak terbentuk dalam dunia pendidikan.Melalui usaha dalam pendidikan diharapkan mampu mengarahkan perkembangan anak dalam pembentukan pribadi yang mandiri.

Pendidikan merupakan suatu upaya yang terencana dalam suatu proses pembelajaran bagi setiap indiidu agar mampu berkembang dan tumbuh menjadi pribadi manusia yang bertanggung jawab, kreatif, berilmu, serta berakhlak mulia sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang telah tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan yakni “ agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangguang jawab.

Namun, melihat kondisi pendidikan sekarang yang mana ketersediaan sumber daya manusia yang berkarakter baik sangat suli, sehingga diperlukan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian individu agar dapat sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut.

B.     Rumuan Maalah

1. Apa Pengertian Lembaga Pendidikan?

2. Apa saja macam-macam lembaga pendidikan?

3. Bagaimana peranan lembaga pendidikan pada pembentukan kepribadian?

4. Apa pengertian pendidikan Karakter

5. Bagaimana Peranan lembaga pendidikan dalam mencetak insan yang berkarakter dan berkepribadian unggul?

 

 

C.    Tujuan penulian

1. Mengetahui Pengertian Lembaga Pendidikan

2. Mengetahui macam-macam lembaga pendidikan

3. Menelusuri dan mengetahui peranan lembaga pendidikan pada pembentukan kepribadian

4. Mengetahui pengertian pendidikan Karakter

5. Mengetahui bagaimana Peranan lembaga pendidikan dalam mencetak insan yang berkarakter dan berkepribadian unggul?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

           BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   Pengertian Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan atau belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu menuju ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

Lembaga pendidikan merupakan suatu tempat atau wadah dimana proses pendidikan berlangsung yang dilaksanakan dengan sebuah tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik melalui sebuah interaksi dengan lingkungan sekitar serta wawasan dan pengetahuan yang didapat. Lingkungan pendidikan antara lain pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga) dan non formal (masyarakat). Lingkungan pendidikan itu sangat urgen dalam suatu proses pendidikan karena fungsinya sangat menunjang PBM yang tertib dan nyaman.[1]Menurut kami selaku pemakalah pun mempunyai kesamaan dalam mengartikan arti lembaga pendidikan yang ada sekarang, sekolah adalah contoh yang sangat umum untuk menunjukkan bahwa lembaga sekolah adalah tempat yang di jakikan sebagai proses untuk menggapai sebuah tujuan yaitu merubah tingkah laku seorang anak menuju arah yang lebih baik. dalam rangka membangun dan melakukan penguatan peserta didik perlu menyinergiskan ketiga komponen lembaga pendidikan.

Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pendidik dan orangtua berkumpul bersama mencoba memahami gejala-gejala anak pada fase negatif, yang meliputi keinginan untuk menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada pertentangan sosial, ada kepekaan emosional, kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis, adanya perasaan malu yang berlebihan, dan kesukaan berkhayal (Mappiare dalam Suyanto, 2000). Dengan mempelajari gejala-gejala negatif yang dimiliki anak remaja pada umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat menyadari dan melakukan upaya perbaikan perlakuan sikap terhadap anak dalam proses pendidikan formal, non formal dan informal.  [2]

Lembaga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu :

1.      Lembaga pendidikan umum

Lembaga pendidikan umum lebih difokuskan dalam pengembangan ilmu pengetahuan umum.

2.      Lembaga pendidikan islam

Lembaga pendidikan islam lebih difokuskan dalam pendidikan keagamaan.[3]

                  Dari banyak persoalan berbangsa, sejak dari persoalan perilaku: korupsi, narkoba, minuman keras dan oplosan, eksploitasi sumber daya alam, pergaulan bebas, rendahnya sopan santun, dan rasa hormat antara muda dan lebih tua, malas malasan, kebut-kebutan dijalan raya, melanggar rambu lalu lintas, meningkatnya perilaku kriminal, konflik sosial dan lain-lain, yang sekaligus merupakan indikator-indikator krusial yang menunjukkan telah terjadinya degradasi akhlak, moral dan etika social (Idi, 2015: 189). Anak didik dan generasi muda merupakan harapan keluarga/orang tua, masyarakat dan bangsa, karena berbagai persoalan berbangsa itu hanya pada merek diharapkan dapat menjadi tumpuan solusinya di masa depan.[4] Pendidikan sebagai benteng untuk menciptakan situasi yang dinamis belum optimal bisa mentransferkan eksisnya sebagai landasan untuk merubah dan membangun karakter bangsa.[5] Pendidikan sebagai cabang dari etika sosial lebih fokus mengkaji kewajiban dan norma-norma dalam proses pendidikan, yakni terutama seorang dalam suatu masyarakat negara (memiliki sistem pendidikan tertentu) berinteraksi secara edukatif dengan individu (terlibat dalam proses pendidikan) dan kelompok lain (seperti orang tua dan masyarakat). Sekedar mengingatkan kembali di sini pentingnya memahami mengenai arti moral dan etika. Moral merupakan aturan-aturan normatif (dalam Islam dinamakan akhlak) yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu yang terbatas oleh ruang dan.

B.    Macam-macam lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan nonformal, lembaga pendidikan formal sering kali dieratkan dengan lembaga sekolah yang memiliki tujuan, sistem, kurikulum, gedung, jenjang, dan jangka waktu yang telah tersusun rapi dan lengkap sedangkan lembaga pendidikan nonformal keberadaan di luar sekolah atau di masyarakat (umum) dan masyarakat inilah yang mengkondisikan dan menjadi guru atau pendidik sekaligus sebagai subjek didik.[6] Adapun lembaga pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu :

1.      Pendidikan Formal

Pendidikan formal ialah pendidikan yang dilakasanakan disekolah yang didapati secara sistematis, teratur, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas. sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, adalah alat yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pengajaran dalam belajar kepada generasi muda dalam mendidik masyarakat. Jenis pendidikan formal terdiri atas pendidikan umum, kejuruan, vokasi, profesi, keagamaan, dan khusus.

Adapun ciri-ciri pendidikan formal adalah :

a.       Pendidikan yang berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh sebuah lembaga pendidikan formal.

b.      Guru merupakan orang yang telah ditetapkan secara resmi oleh lembaga.

c.       Mempunyai administrasi dan manajemen yang jelas.

d.      Adanya sebuah batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.

e.       Mempunyai kurikulum formal.

f.       Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi dalam sebuah pembelajaran.

g.      Adanya sebuah batasan lama studi.

h.      Kepada murid yang lulus akan diberikan ijazah.

i.        Dapat meneruskan pendidikan pada jenjang yang lebih inggi.

1)      Lembaga Pendidikan Sekolah

Secara umum adalah menyiapkan anak-anak untuk hidup bermasyarakat. Pendidikan yang tidak di dapat dalam kelurga akan di dapatkan dari pendidikan sekolah dimana pendidikan kepada anak-anak sesuai minat dan bakat anak yang nantinya meningkat menjadi propesi anak, memerikan kemampuan kepada peserta didik disekolah mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan dasar serta memberikan bekal kompetensi kepada anak didik untuk nanti anaknya sesui dengan kompetensi yang diperoleh dari sekolah.[7]

2)      Lembaga pendidikan madrasah

Lembaga pendidikan madrasah umumnya sama dengan pendidikan sekolah tetapi pendidikan madrasah mempunyai kelebihan pembelajaran agama islam yang mana pembelajaran agama islam ini lebih mendalam yaitu ada pelajaran ilmu kalam, akhlak, akidah akhlak dll.

2.      Lembaga Nonformal

Pendidikan Nonformal diselenggarakan untuk kepentingan warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan, pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah lembaga pendidiakn, atau menjadi pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanajang hayat. Satuan pendidikannya terdiri atas lembaga kurusus, kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil dari pendidikan nonformal ini dapat dihargai stara dengan hasil program pendidikan formal., tapi setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemda dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Adapun cirri-ciri pendidikan nonformal tersebut adalah sebagai berikut :

a.       Pendidikan yang berlangsung dalam lingkunagan masyarakat.

b.      Guru merupakan fasilitator yang diperlukan.

c.       Tidak adanya sebuah pembatasan usia.

d.      Materi pelajaran yang praktis disesuaikan dengan kebutuhan pragmatis.

e.       Waktu belajar singkat dan padat materi.

f.       Mempunyai manajemen yang terukur dan terarah.

g.      Pembelajaran yang bertujuan membekali peserta dengan keterampilan khusus untuk persiapan diri dalam dunia kerja.

 

1)      Lembaga pendidikan di Masyarakat

Lembaga pendidikan masyarakat secara umum  menjadi sangat penting dalam perkembangan pribadi peserta didik sejak kecil, masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Masyarakat membantu menyelenggarakan lapangan kerja, membentuk pendidikan kemasyarakat. Sedangkan dalam islam kita bisa membantu masyarakat untuk membuat pembelajaran atau pendidikan seperti membuka TPA untuk anak-anak yang ada di tempat tersebut.[8]

3.      Pendidikan Informal Lembaga Pendidikan Keluarga

Lembaga pendidikan informal ialah kegiatan pendidikan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang ditemui karena dalam keluarga inilah seorang anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan didalam keluarga. Pendidikan keluarga juga dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagai besar kehidupan anak berada dalam lingkungan keluarga.

Adapun cirri-ciri pendidikan nonformal tersebut adalah sebagai berikut :

a.       Pendidikan yang berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan waktu.

b.      Guru pendidikan informal adalah orang tua.

c.       Tidak adanya sebuah manajemen yang jelas.

1)      Lembaga Pendidikan Keluarga

Lembaga pendidikan keluarga merupakan tempat pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna dominan bagi anak.Sejak anak dilahirkan, anak sudah mendapat pendidikan dari orang tuanya.

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang amat efektif dan aman.Bagi anak perempuan, pendidikan di dalam rumah lebih mungkin dilakukan dalam situasi yang kurang kondusif.Pendidikan di dalam rumah juga lebih terhormat dan berwibawa.Akan tetapi jika memungkinkan anak perempuan bisa belajar di luar rumah.

Berbicara tentang pendidikan keluarga berarti berbicara tentang perempuan sebagai ibu.Perempuan (ibu) adalah pendidik bangsa, sebagaimana dinyatakan oleh Hafedz Ibrahim.

ibu adalah sekolah bila kau persiapkan engkau telah mempersiapkan rakyat yang baik lagi kuat”.

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pendidikan adalah untukn semua (education for all) dan berlangsung selama hayat di kandung badan.Peran ibu begitu relevan, efektif, efisien, dan merata pada setiap individu bangsa.Sebab, setiap anak tidak terlepas dari peran ibunya.Ibu adalah pendidik dan sekolah bagi rakyat yang mau mengajar dan mendidik tanpa mengenal lelah. Dia mencurahkan semuanya : waktu, tenaga, emosi, dan ekonomi untuk mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih dan sayang.

Presiden Tanzania Nyerere, pernah mengatakan: “jika anda mendidik seorang laki-laki berarti anda mendidik seorang person, namun jika anda mendidik seorang perempuan maka anda telah mendidik seluruh anggota keluarga”.[9]

C.   Peranan lembaga pendidian terhadap pembentukan kepribadian

Jika dilingkungan rumah/ keluarga anak dapat dikatakan menerima apa adanya  dalam menerapkan suatu perbuatan, maka hal itu tentu berbeda dilingkungan sekolah. Dilingkungan sekolah sesuatu hal menjadi mutlak adanya. Sebagai contoh bahwa tidak jarang kita mendengar anak mengatakan pada orang tuanya atau yang lainnya seperti, “Ma kata bu guru/ pak guru begini bukan begitu”. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan sangat besar dalam membentuk pola pikir dan kepribadian anak.

Sekolah pada hakikatnya tidak hanya sebagai tempat belaka. Seperti yang dikemukakan oleh Fraenkel (1977 : 1-2), sekolah tidaklah semata-mata tempat dimana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran, namun sekolah adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai.

Pembentukan kepribadian  merupakan bagian dari pendidikan nilai, melalui sekolah kepribadian anak dapat dibentuk. Bahkan mengenai masa depan, sekolah bertanggung jawab bukan hanya mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saja, namun juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian anak.[10]

Pembentukan karakter terutama peserta didik menjadi hal yang urgen dan mendesak untuk segera direalisasikan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat yang dapat menghadapi tantangan regional dan global. Tantangan regional dan global yang dimaksud adalah bagaimana generasi muda kita tidak sekedar memiliki kemampuan akademis yang menitik beratkan pada kemampuan kognitif saja, tetapi aspek afektif dan moralitas juga tersentuh.

Di sisi lain nilai-nilai dan semangat berbangsa dan bernegara dapat menjadi inspirasi bagi penguatan identitas pendidikan karakter bangsa dalam menghadapi krisis multidimensi. Pendidikan sebagai totalitas usaha dan tindakan harus dijalankan melalui tiga lembaga pendidikan yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan keterpaduan lembaga pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan karakter. Penguatan ketiga lembaga pendidikan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat diperlukan dalam rangka mengantisipasi persoalan­-persoalan dimasa depan yang semakin kompleks.[11]

Jadi sekolah sangatlah berperan penting dalam suatu pembentukan kepribadian peserta didiknya. Dimana, banyaknya waktu yang dihabiskan anak dilingkungan sekolah menjadikan sekolah sangat ikut andil dalam pembentukan kepribadian, pola pikir dan karakter para peserta didiknya.

 

D.   Pendidikan Karakter

Karakter adalah konstelasi yang sangat luas antara sikap, tindakan, motivasi dan keterampila. Karakter mencakup sikap, cara berfikir, tindakan, motivasi dan emosional, serta melakukan komitmen untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat,bangsa, dan Negara.[12]Karakter pada dasarnya di peroleh melaui interaksi dengan teman,orang tua, guru, dan lingkungan. Karakter di peroleh dari hasil kerja langsung atau pengamat terhadap perilaku orang lain. Pembelajaran secara langsung bisa melalui ceramah atau diskusi tentang karakter, sedangkan pengamatan melalui kehiduapn sehari-hari apa yang dilihat di lingkungan sekitar.[13]

Menurut pemakalah terkait dengan pendidikan karakter saat ini yang terjadi di lapangan atau yang terjadi di sekolah bisa dilihat bagaimana seorang guru hanya sedikit memberi pengajaran tentang  pendidikan karakter dan ini memang bukan hak penuh seorang guru untuk melakuakn pembentukan karakter seorang peserta didik tetapi juga dengan ada nya pengaruh lingkungan seperti teman dan juga orang tua, maka suatu karakter peserta didik ini akan terbentuk. Tetapi yang sangat berpengaruh nomor satu adalah orang tua. Menurut pemakalah contoh yang sangat sering terjadi saat kurang nya peranan orang tua terhadap perkembangan pendiidkan karakter anak nya maka anak nya akan terpengaruh terhadap teman dan lingkungan nya sehingga apabila rusak teman nya dan lingkungannya maka akan rusak pula karakter seorang anak tersebut.

Karakter berkaitan dengan personality walaupun ada perbedaan nya. Personality merupakan trait bawaan sejak lahir, sedangkan karakter merupakan perilaku hasil pembelajaran.anak lahir dengan trait personality tertentu, ada yang periang, murah senyum, dan terbuka.[14] Sehingga dapat dikatakan bahwa karakter adalah pembentukan melalui teman, orang tua, guru dan lingkungan sedangkan personality adalah bawaan sejak lahir. Proses pendidikan karakter tidaklah instan, oleh karen itu pendiidikan karakter haruslah di mulai sejak dini dan di upayakan oleh lembaga pendidikan formal yang bersifat mengikat, lebih terarah dan terukur.pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga negara sekolah yang meliputi komponen-komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksakan komponen-komponen tersebut.[15] Maka dari itu pendidikan karakter ini sangatlah penting untuk kebutuhan perkembangan seorang siswa, di mulai dari sd, smp, sma dan Univeritas.

Adapun bentuk contoh pendidikan karakter di sekolah dan di rumah adalah melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dan di rumah. Pembiasaan di sekolah, setara dengan empat jam pelajaran per hari dikelas dalam beberapa kegiatan. Sedangkan pembiasaan dirumah dilakukan oleh orang tua melalui panduan Buku Penghubung. Oleh karena itu pada jam pertama pelajaran, sekolah rutin menjalankan program Bina Karakter. Sekitar 20 menit guru memberi nasihat, taushiyah singkat, mendoakan kawan yang sakit sebagai wujud empati kepada sesama, mendiskusikan mengapa masih ada yang terlambat shalat atau lupa mengerjakan tugas, dilanjutkan bersama-sama menghitung infak yang didapat. Dari sekian butir akhlak yang dikembangkan program Bina Karakter, ada satu yang mendapat penekanan khusus yaitu soal kejujuran. Kejujuran harus digenggam teguh di manapun dan kapanpun, karena keberhasilan bila diraih tanpa kejujuran pada hakikatnya adalah kegagalan.[16] Selain pembinaan disiplin dilingkungan sekolah, perlu juga pendidikan karakter di lingkungan keluarga, sebagai insitusi pendidikan pertama dan utama. Jika dalam keluarga sudah ditanamkan ketaatan (disiplin) beribadah, tanggung jawab bersama dalam keluarga, kerjasama, sikap bersedia menerima nasehat, bimbingan-bimbingan dalam penentuan sikap individu-individu keluarga dalam urusan hidup. Firman Allah Swt. ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat….” (AnNisaa’ ayat 36)

Bimbingan dan kepimpinan yang baik dari orang tua/keluarga muslim harusdidasarkan di atas prinsip-prinsip ajaran akhlak Islam, dan yang terpenting ialah prinsip percaya kepada nilai-nilai rohaniah sebagai nilai-nilai insaniah yang tinggi, seperti nilainilai kerjasama, saling membantu dan berpadu antara yang kuat dengan yang lemah. Itulah nilai-nilai yang mengajak orang-orang yang kuat kepada tingkah laku yang positif terhadap orang-orang yang lemah.[17] (Albahi, tt: 124). Baik pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan informal dikeluarga terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya memunculkan sikap disiplin anak-didik. Yakni perlunya memiliki kompetensi sikap sebagai berikut: (1) Kejelasan tujuan yang akan diraih. Semakin jelas sebuah tujuan maka akan mampu mengarahkan pada sebuah sikap yang harus terus secara konsisten dibangun walau banyak rintangan yang muncul dalam perjalanan itu; (2) Memiliki niat yang kuat untuk mencapai tujuan. Niat atau dorongan hati akan menjadikan kita terus melakukan apa yang kita yakini dalam niat itu. Dorongan hati untuk mengejar impian itulah yang akan dengan sendirinya mendisiplinkan diri kita, agar terus berupaya menapaki jalan menuju impian itu; (3) Penetapan skala prioritas.Seseorang yang berkeinginan kuat untuk mencapai impian, maka harus memilih sebuah sikap secara selektif dan tidak sembarangan mempergunakan waktunya; (4) Tekun dan sabar dalam menapaki jalan sukses yang diyakini. Ketekunan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang gemilang, karena ketekunan akan membuat seseorang bersedia untuk terus belajar dari sebuah kesalahan dan kegagalan. Beragam masalah yang menghadang akan dinilai sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan dalam menggapai mimpi yang diinginkannya. Demikian

firman Allah Swt: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”.[18]

Pemerintah, dalam hal ini Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional, telah merumuskan materi pendidikan karakter yang mencakup aspek-aspek sebgai berikut :

a.       Religius sikap dan perilaku yang patuhdalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap ajaran agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b.      Jujur : perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c.       Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dan dirinya.

d.      Disiplin : tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan.

e.       Kerja keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sunguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan sebaik- baiknya.

f.       Kreatif : berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah di miliki.

g.      Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

h.      Demokratis : cara berpikir, sikap, dan tindakan yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i.        Rasa Ingin Tahu : sikap dan upaya yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih dan meluas dari apa yang di pelajari nya, dilihat, dan di dengar.

j.        Semangat kebangsaan : cara berpikir, bertidak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompok nya.

k.      Cinta tanah air : cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

l.        Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui keberhasilan bagi orang lain.

m.    Brsahabat dan Komunikatif :  tindakan yang memperhatikan senang berbicara ,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n.      Cinta damai : sikap, perkataan, dan perkataan yang menyebabkan orang lain merasa nyaman dan aman atas kehadirannya.

o.      Gemar membaca : Kebiasaan untuk menyediakan waktu untuk membaca berbagai macam bacaan yang memberikan kebajikan baginya.

p.      Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk menghindari kerusakan lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.

q.      Peduli sosial : sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r.        Tanggung Jawab : Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakn tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan ( alam,social, dan budaya), negara, dan tuhan yang maha esa.[19] Jadi hal yang harus di perhatikan adalah pendidikan karakter ini berorientasi pada seluruh kehidupan sehari-hari dan untuk menjadi manusia yang berkaraker budi pekerti luhur harus lah di tanamkan sejak sedini mungkin dan di bantu oleh orang tua dan guru.

Karakter yang berlandaskan Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke 5 sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Karakter ber-Ketuhanan Yang Maha Esaseseorang tercermin antara lain :

1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4) Tidak memaksa suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

5) Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.

b. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab :

1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban antara sesama manusia.

2) Saling mencintai sesama manusia.

3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7) Berani membela kebenaran dan keadilan.

8) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

c. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa :

1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3) Cinta tanah air dan bangsa.

4) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan  bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

d. Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia :

1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2) Tidak memaksa kehendaknya sendiri kepada orang lain.

3).Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawabmenerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan :

1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong-royong.

2) Bersikap riil.

3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4) Menghormati hak-hak orang lain.

5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

6) Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.

7) Tidak bersifat boros.

8) Tidak bergaya hidup mewah.

9) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum

10) Suka bekerja keras.

11) Menghargai hasil karya orang lain.

12) Bersama- sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.[20]

Melalui pendidikan karakter bangsa berdasarkan Pancasila diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang berkarakter dan berintergritas sehingga mampumemahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

Karakter dan budaya yang dimiliki suatu bangsa menentukan kemajuan bangsa tersebut. Berikut terdapat ciri-ciri karakter dalam sebuah negara maju , yaitu:

1. Hubungan dan tingkat saling percaya baik disertai nilai dan sikap positif, optimis serta saling mendukung.

2. Sistem dan etika hukum jelas dan dipatuhi.

3. Kewenangan adalah bertujuan untuk melayani masyarakat ( pejabat hidup sederhana dan setara dengan rakyat ).

4. Mampu bekerja keras dan memiliki sikap mulia, serta mampu  memberikan rasa kebahagiaan.

5. Memiliki orientasi untuk membuat hidup terencana dalam jangka waktu yang panjang.[21]

Dalam hal ini pendidikan sebagai sarana untuk belajar siswa memiliki peran yang sangat penting dan diharapkan mampu menjadi lembaga yang mampu mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter Pancasila. Ikhtiar besar kita untuk pendidikan hanya menjadi penentu dan kita semua harus terus menerus bekerja keras membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan

E.    Peranan lembaga pendidikan dalam mencetak insan yang berkarakter dan berkepribadian unggul

 

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah bertekad memberikan perhatian yang besar pada pembangunan pendidikan. Sampai saat ini, pemerintah telah mengambil berbagai terobosan kebijakan pendidikan berskala besar. Kita semua menyadari, bahwa hanya melalui pendidikanlah bangsa kita menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain, baik dalam bidang sains dan teknologi maupun ekonomi. Peran pendidikan penting juga dalam membangun peradaban bangsa yang berdasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Apapun persoalan bangsa yang dihadapi komitmen kita untuk melaksanakan pembangunan pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi dan berbagai peraturan perundangan-undangan yang berlaku tetap dipegang.[22] Komitmen ini direalisasikan dalam berbagai kebijakan dan program yang diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatnya kualitas sumber daya manusia demi tercapainya kemajuan bangsa dan negara di masa depan, sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Ini menjadi bagian penting yang menentukan perkembangan pendidikan di Indonesia. Kurikulum merupakan bagian dari sistem pembelajaran yang berfungsi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. oleh karena itu didalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 36 kurikulum di Indonesia disusun dalam kerangka peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia,peningkatan potensi, kecerdasan,dan minat peserta didik, keragaman potensi, daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, tuntutan iptek dan seni,agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.[23]

Untuk mendukung keterlaksanaan kerangka kurikulumtersebut diatas, maka dalam pasal selanjutnya (UU No. 20 tahun 2003 pasal 37) dijelaskan bahwa didalam kurikulum wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,ketrampilan/kejuruan, muatan lokal. Pendidikan agama merupakan salah satu materi yang bertujuan meningkatkan akhlak mulia serta nilai-nilai spiritual dalam diri anak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan pendidikan karakter disekolah.[24]

Oleh karena itu Pendidikan agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib baik dari sekolah tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi. Maka sekolah harus mampu menyelenggarakan pendidikan agama secara optimal dengan cara mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam lingkungan sekolah yang dilakukan oleh seluruh guru dan peserta didik secara bersama-sama serta berkesinambungan. Hal yang juga sangat menarik jika sekolah mampu menyusun kurikulum dengan menerapkan nilai-nilai agama yang tercermin dalam setiap mata pelajaran, Pada dasarnya pendidikan agama menitik beratkan pada penanaman sikap dan kepribadian berlandaskan ajaran agama dalam seluruh sendi-sendi kehidupan siswa kelak. Sehingga penanaman nilai-nilai agama seyogyanya tercantum dalam keseluruhan mata pelajaran dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh guru. Muatan kurikulum pendidikan agama dijelaskan dalam Lampiran UU no 22 tahun 2006, termasuk didalamnya kurikulum pendidikan agama Islam dengan tujuan pembelajarannya adalah menghasilkan  manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.[25]. Pendidikan agama menjadi materi yang wajib diajarkan pada setiap sekolah, karean pendidikan agama Islam pada prinsipnya memberikan pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai spiritualitas pada peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak, beretika serta berbudaya sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama disekolah dapat diinternalisasikan dalam kegiatan intra maupun ekstra sekolah dan lebih mengutamakan pengaplikasian ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Guru yang menjadi ujung tombak keberhasilan sebuah pembelajaran harus menyadari bahwa tanggung jawabnya terhadap keberhasilan pembelajaran PAI tidak hanya pada tataran kognitif saja. Tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana memberikan kesadaran kepada siswa bahwa pendidikan agama adalah sebuah kebutuhan sehingga siswa mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan pengetahuan agama yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.[26] Disinilah dibutuhkan kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran, dimana pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya diajarkan didalam kelas saja, tetapi bagaimana guru dapat memotivasi dan memfasilitasi pembelajaran agama diluar kelas melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan dan menciptakan lingkungan sekolah yang religius dan tidak terbatas oleh jam pelajaransaja. Tujuan utama dari Pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian pada diri siswa yang tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran PAI tidak hanya menjadi tanggung jawab guru PAI seorang diri, tetapi dibutuhkan dukungan dari seluruh komunitas disekolah, masyarakat, dan lebih penting lagi adalah orang tua. Sekolah harus mampu mengkoordinir serta mengkomunikasikan pola pembelajaran PAI terhadap beberapa pihak yang telah disebutkan sebagai sebuah rangkaian komunitas yang saling mendukung dan menjaga demi terbentuknya siswa berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Keberhasilan pembelajaran PAI disekolah salah satunya juga ditentukan oleh penerapan metode pembelajaran yang tepat. Sejalan dengan hal ini Abdullah Nasih Ulwan memberikan konsep pendidikan inluentif dalam pendidikan akhlak anak yang terdiri dari 1) Pendidikan dengan keteladanan, 2) Pendidikan dengan adat kebiasaan, 3) Pendidikan dengan nasihat,4) pendidikan dengan memberikan perhatian, 5) pendidikan dengan memberikan hukuman.[27] Jadi menurut pemakalah saling berkesinambungan dan saling sistematis antara pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama dengan kebijakan yang dapat di lakukan dengan langkag-langkah yang di buat oleh lembaga pendidikan yang ada di suatu daerah dan di implementasikan oleh setiap guru di sekolah untuk perkembangan sumber daya manusia yang terbaik yang akan di berikan untuk bangsa dan negara Indonesia.

 

 

 

 

 

 

    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Lembaga pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan suatu tempat atau wadah dimana proses pendidikan berlangsung yang dilaksanakan dengan sebuah tujuan kearah yang lebih baik. Lingkungan pendidikan antara lain pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), non formal (masyarakat).

            Macam-macam lembaga pendidikan yaitu lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal, pendidikan formal seringkali dieratkan dengan lembaga sekolah yang memiliki tujuan, system, kurikulum, yang telah tersusun rapid an lengkap sedangkan pendidikan nonformal keberadaan di luar sekolah atau masyarakat.

            Pembentukan karakter terutama peserta didik menjadi hal yang urgen dam mendesak untuk segera direalisasikan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang lebih baik,yaitu masyarakat yang dapat menghadapi tantangan regional dan global. Pendidikan sebagai totalitas usaha dan tindakan harus dijalankan melalui tiga lembaga pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Karakter mencakup sikap, cara berfikir, tindakan, motivasi dan emosional, serta melakukan komitmen untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat,bangsa, dan Negara.[28]Karakter pada dasarnya di peroleh melaui interaksi dengan teman,orang tua, guru, dan lingkungan. Karakter di peroleh dari hasil kerja langsung atau pengamat terhadap perilaku orang lain. Pembelajaran secara langsung bisa melalui ceramah atau diskusi tentang karakter, sedangkan pengamatan melalui kehiduapn sehari-hari apa yang dilihat di lingkungan sekitar.[29] Menrut pemakalah terkait dengan pendidikan karakter saat ini yang terjadi di lapangan atau yang terjadi di sekolah bisa dilihat bagaimana seorang guru hanya sedikit memberi pengajaran tentang  pendidikan karakter dan ini memang bukan hak penuh seorang guru untuk melakuakn pembentukan karakter seorang peserta didik tetapi juga dengan ada nya pengaruh lingkungan seperti teman dan juga orang tua, maka suatu karakter peserta didik ini akan terbentuk. Tetapi yang sangat berpengaruh nomor satu adalah orang tua.

Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik.[30] Dalam UU sisdiknas No.20 tahun 2003 kita dapat melihat ketiga perbedaan model lembaga pendidikan tersebut. Dikatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Sementara pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, serta satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pedidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri.

.

                       

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 Hasbullah (1999). DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN  Jakarta, Raja Grafindo Persada

 

Hamid, M, (2008). Peran serta Guru Profesional dalam Turut Membentuk karakter bangsa Melalui Jalur Pendidikan Nonformal dan Informal. Jakarta: disajikan dalam Seminar nasional

 

Idi, Abdullah. 2015. Dinamika Sosiologis Indonesia. Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang

 

Sariwandi Syahroni, Peranan Orang Tua dan Sekolah dalam Pengembangan Karakter Anak DidikProgram Pasacasarjana (STAIN Syekh Abdurrahman Siddik, Bangka-Belitung),hal : 14

 Rifqi Amin, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM pada perguruan tinggi umum, (DEEPUBLISH : Yogyakarta , 2014), h 64.

 Moh Roqib , ILMU PENDIDIKAN ISLAM pengembangan pendidikan integratif di sekolah, keluarga, masyarakat , (LKiS : Yogyakarta , 2009), h 122 .

               Amos Neolaka, Gracia amalia A. Neolaka, landasan pendidikan dasar pengenalan diri sendiri menuju perubahan hidup, (KENCANA : Depok, 2017), h 81 .

 

 Amos Neolaka, Gracia amalia A. Neolaka, landasan pendidikan dasar pengenalan diri sendiri menuju perubahan hidup, (KENCANA : Depok, 2017), h 82 .

 

Moh Roqib , ILMU PENDIDIKAN ISLAM pengembangan pendidikan integratif di sekolah, keluarga, masyarakat , (LKiS : Yogyakarta , 2009), h 124 .

 

https://www.compasyana.com/raidersmarpaung/5d16c8d9097figa6112figac8ee2/peranan-pendidikan-dalam-membangun-karakter-bangsa?page=all

 

Djmaluddin M. Idris , “Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Menyembangkan Kepribadian Peserta Didik”, dalam jurnal pendidikan islam dan keguruan no 2, vol 1, 2019 , h, 78

 

 

 

[1] Battistich, Victor, Character Education, prevention and positive youth development,  (USA: University of Missouri St Lous, 2002), hal 15

 

[1] Lilik Nofijantie, Peranan Lembaga Pendidikan Formal Sebagai Modal

Utama Membangun Karakter Siswa, (IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal 4

 

[1] Lilik Nofijantie,peranan lembaga..., h. 4

 

[1] Lilik Nofiejantie, peranan lembaga..., h. 3

 

Inanna, Peran Pendididikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,(Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar), hal : 2

 

[1] Asri, B, (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta

Idi, Abdullah. 2016. Sosiologi Pendidikan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Editor:

Safarina Hd. Edisi Ke-5. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

[1]

Idi, Abdullah. 2015. Dinamika Sosiologis Indonesia. Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang

 

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah (Jakarta: 2011,10).

 

Koesoema, Doni. A. (2007). Pendidikan Karakter

Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.

Jakarta:Grasindo

 

 

  Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK GENERASI

BERKARAKTER PANCASILA. Hal 8

 

 

Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,( Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar), hal : 2

 

[1] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Op.Cit, h. 25

 

Ibid, h. 26

 

Permendiknas No 22 Tahun 2006, Op.Cit, h. 2

 

Nur Ainiyah, PEMBENTUKAN KARAKTERMELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, (Universitas Negeri Semarang Jawa Tengah), hal :34

 

 

Abdullah Nasih Ulwan, Op.Cit, h. 2

 

 

Sariwandi Syahroni, Peranan Orang Tua dan Sekolah dalam Pengembangan Karakter Anak Didik, (STAIN Syekh Abdurrahman Siddik, Bangka-Belitung), hal : 13

 

Thomas Lickona (1991). Educating for

Character, New York: Bantam Books.

 

Battistich, Victor, Character Education, prevention and positive youth development,  (USA: University of Missouri St Lous, 2002), hal 15

[1] Lilik Nofijantie, Peranan Lembaga Pendidikan Formal Sebagai Modal Utama Membangun Karakter Siswa, (IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal 4

 

Inanna, Peran Pendididikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,(Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar), hal : 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1]Hasbullah (1999). DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN Jakarta, Raja Grafindo Persada

 

[2] Hamid, M, (2008). Peran serta Guru Profesional dalam Turut Membentuk karakter bangsa Melalui Jalur Pendidikan Nonformal dan Informal. Jakarta: disajikan dalam Seminar nasional

[3]Rifqi Amin, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM pada perguruan tinggi umum, (DEEPUBLISH : Yogyakarta , 2014), h 64.

[4] Idi, Abdullah. 2015. Dinamika Sosiologis Indonesia. Yogyakarta: PT LKiS Printing

Cemerlang

[5]Sariwandi Syahroni, Peranan Orang Tua dan Sekolah dalam Pengembangan Karakter Anak DidikProgram Pasacasarjana (STAIN Syekh Abdurrahman Siddik, Bangka-Belitung),hal : 14

[6]Moh Roqib , ILMU PENDIDIKAN ISLAM pengembangan pendidikan integratif di sekolah, keluarga, masyarakat , (LKiS : Yogyakarta , 2009), h 122 .

[7]Amos Neolaka, Gracia amalia A. Neolaka, landasan pendidikan dasar pengenalan diri sendiri menuju perubahan hidup, (KENCANA : Depok, 2017), h 81 .

[8]Amos Neolaka, Gracia amalia A. Neolaka, landasan pendidikan dasar pengenalan diri sendiri menuju perubahan hidup, (KENCANA : Depok, 2017), h 82 .

[9]Moh Roqib , ILMU PENDIDIKAN ISLAM pengembangan pendidikan integratif di sekolah, keluarga, masyarakat , (LKiS : Yogyakarta , 2009), h 124 .

[10] Jito Subianto, “Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Berkualitas”, dalam Jurnal penelitian pendidikan islam no.2, vol.8, 2013 h. 342-343

[12] Battistich, Victor, Character Education, prevention and positive youth development,  (USA: University of Missouri St Lous, 2002), hal 15

[13] Lilik Nofijantie, Peranan Lembaga Pendidikan Formal Sebagai Modal Utama Membangun Karakter Siswa, (IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal 4

[14] Lilik Nofijantie,peranan lembaga..., h. 4

[15] Lilik Nofiejantie, peranan lembaga..., h. 3

[16] Sariwandi Syahroni

Peranan Orang Tua dan Sekolah

dalam Pengembangan Karakter Anak Didik

Intelektualita: Volume 06, Nomor 01, 2017

Available Online at: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita

22

 

[17] Idi, Abdullah. 2016. Sosiologi Pendidikan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Editor:

Safarina Hd. Edisi Ke-5. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

[18] Idi, Abdullah. 2015. Dinamika Sosiologis Indonesia. Yogyakarta: PT LKiS Printing

Cemerlang

[19] Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah (Jakarta: 2011,10).

[20] Koesoema, Doni. A. (2007). Pendidikan Karakter

Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.

Jakarta:Grasindo

[21] Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK GENERASI

BERKARAKTER PANCASILA. Hal 8

 

[22]  Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,( Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar), hal : 2

[23] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Op.Cit, h. 25

[24] Ibid, h. 26

[25] Permendiknas No 22 Tahun 2006, Op.Cit, h. 2

[26]Nur Ainiyah, PEMBENTUKAN KARAKTERMELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, (Universitas Negeri Semarang Jawa Tengah), hal :34

[27] Abdullah Nasih Ulwan, Op.Cit, h. 2

[28] Battistich, Victor, Character Education, prevention and positive youth development,  (USA: University of Missouri St Lous, 2002), hal 15

[29] Lilik Nofijantie, Peranan Lembaga Pendidikan Formal Sebagai Modal Utama Membangun Karakter Siswa, (IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal 4

[30] Inanna, Peran Pendididikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,(Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar), hal : 2 

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments